Catatan Hati Seorang Guru 2

Ya, ku hanya pengajar kelas 2 sd. Sudah 2 tahun menjadi pengajar, ya baru 2 tahun aku berprofesi sebagai pengajar. Hanya sekitar 60 siswa yang pernah ku ajar. Ya, aku selalu memperhatikan gerak-gerik mereka saat naik kelas. Mungkin ini adalah insting seorang guru untuk menganggap anak yang sebenarnya bukan anaknya. Ya, hatiku terluka jika mantan murid-muridku itu berbuat hal aneh-aneh. Karena selama satu tahun yang aku tanamkan pada mereka adalah moral, saling menghargai. Ya, aku awasi mereka karena ku telah mengenal mereka, nama mereka, wajah mereka. Saat guru yang sekarang menjadi wali kelas mereka berkata bahwa si A kurang pandai, si B tidak bisa berhitung, tanggapanku biasa saja. Tetapi saat aku mendengar bahwa mantan murid-muridku itu membuat onar dan bertengkar rasanya hatiku tercabik. Ya, hanya ada sekali dan tiga anak saja itupun sebentar dan pertikaian anak-anak biasa, tetapi sungguh ku tak suka, sungguh tak suka. Tahun ini muridku yang 33 orang mulai naik ke jenjang sd berikutnya, yaitu kelas 3. Ada salah seorang wali murid mengeluh anaknya malas belajar tetapi rajin ibadah, rajin ke masjid. Ya, aku ikut senang setidaknya muridku itu sudah punya modal yaitu moral, sisanya bisa diperbaiki daripada tidak sama sekali. Keberhasilan pendidikan mungkin tidak dapat dirasakan secara instan. Tetapi ku terus berharap di tahun-tahun berikutnya mereka mendapat guru yang lebih baik daripada aku. Yang menambah dan memperkuat ajaran moral dan skill dariku, bukan malah sebaliknya yang menghapus semuanya dan membuatnya makin buruk. Tidak, tentu saja tidak ku tak berharap demikian. Karena aku tahu murid-muridku itu sejatinya memiliki bakat, ada yang berbakat menjadi tentara, polisi yang baik, guru, dokter, insinyur, ya, seolah ku telah dapat melihat bakat mereka dari sekarang.



Linda Way
Surabaya,
13 Juni 2016

Comments

Popular Posts