TANGIS HARU
Sudah tiga hari Arifin saling tidak menyapa dengan istrinya karena hanya perbedaan pendapat yang sepele, Lisa menginginkan anaknya untuk menjadi seorang arsitek sedangkan suaminya menginginkan anaknya Ranti yang hanya wanita menjadi seorang guru. Ya, Ranti yang cerdas itu diterima secara bersamaan di dua universitas terkemuka yang berbeda. Murka Arifin melihat istrinya yang telah lama keras kepala dan tidak bisa diatur, sampai suatu malam dia datang ke resepsi pernikahan anak temannya, resepsi yang benar-benar mewah dan tiba-tiba mengingatkannya pada kenangan masa lalunya saat menikah dengan Lisa. Lisa adalah seseorang yang sebelumnya tidak dikenalnya yang tiba-tiba datang di kehidupannya dengan wajah sendunya. Arifin waktu itu sekitar 20 tahun yang lalu hampir putus asa mencari tambatan hatinya karena tak kunjung ada wanita yang pas di hatinya. Lelah yang dia rasakan yang akhirnya membawanya untuk pasrah menikahi Lisa, wanita yang diperkenalkan oleh temannya. Wanita yang baru saja dikenalnya. Dengan begitu yakin hanya dengan melihat biodata Arifin, Lisa pun menyanggupi pernikahan mereka berdua. Tiba saat ijab kabul keduanya masih menunduk. Dengan suara gemetaran Arifin mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Sesaat Arifin penasaran dan ingin menoleh melihat istri yang baru saja dinikahinya. Sontak Arifin kaget, pernikahan seharusnya dibaluti dengan senyuman kebahagiaan, tetapi malah istrinya menangis meneteskan air mata sebanyak-banyaknya. Sampai dua hari dua malam Lisa sering kali menangis sampai kedua matanya sembab. Arifin penasaran mengapa istrinya selalu menangis. Arifin ingin bertanya tapi tak berani, dia berfikir barangkali istrinya menangis menyesali pernikahan mereka. Prasangka itu mengusik hati Arifin dan terus mendesaknya untuk bertanya kepada istrinya itu, dan akhirnya pertanyaan itupun muncul. "Duhai adik bolehkah aku bertanya sesuatu" kata Arifin takut menyinggung perasaan istrinya itu. "iya, tanya saja mas" kata Lisa sambil menyeka bulir air matanya yang jatuh. " Begini, apakah selama ini saya punya salah ataukah adik sudah menyesal menikah dengan saya sehingga adik beberapa hari ini terus terusan menangis?" kata Arifin takut istrinya itu tersinggung mendengar pertanyaannya itu. Lisa menjawabnya sambil tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya. "Sama sekali nggak kok mas, aku cuma terharu". "Terharu?" tanya arifin dengan penasaran kepada istrinya itu. "Iya, mas, saya terharu ternyata ada juga lelaki seperti mas yang sudi mau menikahi saya, saya ini jelek, tua, dari dulu saya selalu ditolak, tetapi ada laki-laki seperti mas yang masih mau dengan saya dan mau melindungi saya untuk selamanya, saya gak nyangka Tuhan sudah mengirimkan mas di usia saya yang sudah tak lagi muda" kata Lisa sambil menyeka air matanya. Dan tak terasa air mata Arifin juga terjatuh, dia tersanjung, terharu ternyata wanita yang di depannya ini bisa menerima dia apa adanya bahkan menganggapnya istimewa dengan segala kekurangannya. Teringat kisah manis masa lalunya itu Arifin jadi tersadar bahwa segala sesuatu memiliki kekurangan dan kelebihan. Bagaimana mungkin dia melepaskan Lisa hanya karena masalah sepele, bagaimana mungkin dia meninggalkan titipan Tuhan yang sekian lama ditunggunya untuk hadir dalam hidupnya menyempurnakan sebagian agamanya hanya karena ego sesaat.
Original post from Linda Way
just fiction
Original post from Linda Way
just fiction
Comments
Post a Comment