KISAH INSPIRASI: Sang Wanita Buruk Rupa

Alkisah, ada wanita yang buruk rupa, penampilannya juga tidak modis, dia amat disepelekan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Tetapi di balik itu semua, dia orangnya baik dan cerdas, ada beberapa orang yang berteman dengannya dengan tujuan tertentu tetapi ada juga yang tulus berteman dengannya. Dia sering sedih dengan cemoohan orang, tak jarang dia menangis di depan sahabat dan orang tuanya. Wanita itu berkata, sebenarnya dia salah apa sehingga semua orang membencinya. Di tempat pergaulan yang masyarakatnya dikenal modis dan gaul itu, si wanita hanya selalu dihina karena rupanya yang jelek. Lama kelamaan orang tua si buruk lupa kasihan pada putrinya itu. Akhirnya orang tuanya mengirimnya untuk sekolah ke luar kota supaya anaknya tidak sedih dengan hinaan-hinaan itu. Di luar kota si buruk rupa merasa takut dirinya akan dihina seperti di kampungnya dulu. Tetapi saat di tempat-tempat publik sepertinya tidak ada yang memandangnya dengan tatapan sinis seperti di kampungnya dulu. Dia juga tinggal satu kos bersama orang-orang yang ramah dan sopan, sepertinya tak ada masalah, pikirnya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan , tahun berganti tahun, wanita buruk rupa tersebut tinggal berkuliah di tempat itu, dan semakin waktu itulah bukannya makin banyak orang yang menghinanya karena dia buruk rupa dan tidak modis, tetapi sebaliknya wanita buruk rupa itu banyak teman dan banyak yang menyukainya karena wanita tersebut cerdas dan baik. Semakin hari kepercayaan diri wanita buruk rupa itu makin tumbuh, dia sepertinya yakin jika semakin hari dia semakin cantik karena tak ada lagi orang yang menghinanya seperti di kampungnya dulu. Suatu saat wanita tersebut memutuskan untuk menjenguk kedua orang tuanya, tiba di gerbang kampungnya, dia melangkah dengan percaya diri, karena wanita tersebut yakin bahwa dirinya makin cantik karena di kota perantauannya tak ada yang menghinanya sebagai si buruk rupa. Dan kemudian dia bertemu dengan tetangganya yang sedari dulu sering menghinanya. Wanita si buruk rupa menyapa dengan senyuman terbaiknya, seolah-olah mengatakan bahwa "aku sekarang makin cantik". Tetapi apa yang dikatakan tetangga penghina tersebut sungguh mengejutkan dan di luar dugaan, tetangga penghina itu berkata "kamu kok tetap jelek seperti dulu, ternyata kuliah di luar kota sana sama sekali tidak merubahmu ya, kamu tetap jelek dan tidak modis", kata tetangga penghina itu. Si wanita buruk rupa kaget sekali, ternyata semua penduduk kampung tetap mencibirnya.

Bahwa  ternyata lingkungannya yang selama ini berbeda. Bagi kampung halamannya kelemahan si wanita buruk rupa tersebut terlalu dianggap kesalahan yang fatal sehingga si buruk rupa selalu dihina dan disalah-salahkan. Sedangkan lingkungan yang satunya yaitu tempat perantauan adalah lingkungan yang lebih menjunjung sifat toleransi dan empati, mereka tak mempermasalahkan kekurangan si buruk rupa, mereka menerima apa adanya dengan memperhitungkan kelebihan-kelebihan dari si buruk rupa tersebut.

Maka seorang yang tak punya tangan dan kaki pun alias cacat dapat menjadi orang terkenal, hebat dan kaya

Comments

Popular Posts